batasberitaterkini.blogspot.com - Hai, nama saya Noni. Sekarang saya masih
kuliah di salah satu Universitas di Amerika. Cerita ngentot ini bermula
dari 2 tahun yang lalu ketika saya dan Sinyo baru saja mulai pacaran.
Saat itu saya masih duduk di bangku kelas 3 SMU. Semula kita ragu untuk
melanjutkan kisah asmara kita ini karena saya akan melanjutkan sekolahku
ke Amerika.
Tapi kita sependapat untuk menjalani
dulu keadaan ini. Pada waktu kelulusan, Sinyo bermaksud melanjutkan
kuliahnya ke Bandung. Selama 2 minggu di Bandung Sinyo selalu mengeluh
bahwa dia rindu denganku dan memintaku untuk menyusulnya ke Bandung.
Dengan alasan mau membuat visa ke
Jakarta, akhirnya saya menyusul Sinyo ke Bandung. Di kost Sinyo, saya
menyewa satu kamar untuk seminggu. Hari-hari pertama dilewatkan dengan
canda tawa. Sebenarnya saya dan Sinyo suka melakukan petting. Tapi kita
tidak pernah sampai melampaui batas.
Entah mengapa, pada hari ke-6, saat itu
keadaan kost sedang sepi, terjadilah hal yang lain dari biasanya.
Sementara kita menghabiskan waktu berdua di kamar. Waktu itu kita sedang
bercengkerama. Seperti biasa dia tidak bisa diam kalau sedang berbicara
berdua denganku. Dia mulai mencium bibirku dengan mesra.
Tangannya mulai meraba buah dadaku
dengan lembut. Perlahan, kancing bajuku dibukanya satu persatu. Sambil
terus melumat bibirku, dia mulai melepaskan pengait BH-ku. Kemudian
tampaklah buah dadaku yang walaupun tidak terlalu besar (34) namun cukup
membuat Sinyo ketagihan untuk menciuminya.
Sinyo mulai menciumi dan meremas buah
dadaku. Bila sudah begini, biasanya saya tidak akan tahan lama. Kemudian
saya menindih Sinyo dan mulai menggesek-gesekan kemaluanku pada
kemaluannya. Walaupun kita masih sama-sama mengenakan celana jeans,
gesekan-gesekan yang saya lakukan itu terasa nikmat sekali. Saya
membayangkan alangkah nikmatnya bila kemaluan Sinyo dimasukkan ke dalam
liang kewanitaanku.
Sebenarnya saya termasuk orang yang
berpendirian kuat untuk menyerahkan kesucianku pada malam pertama. Tapi
saya merasa yakin bahwa Sinyolah yang akan menjadi calon suamiku. Dan
mungkin karena saya terlalu mencintai Sinyo, sehingga saya rela
menyerahkan kesucianku pada Sinyo.
Kemudian saya berkata kepada Sinyo,
“Kamu mau tidak melakukan itu dengan saya?”.
“Saya tidak mau, kamu nanti akan menyesal”.
“Saya siap, dan apapun resikonya saya tidak akan menyesal”.
“Kalau kau memang menginginkannya, bukalah celanamu untuk membuktikannya”.
“Saya tidak mau, kamu nanti akan menyesal”.
“Saya siap, dan apapun resikonya saya tidak akan menyesal”.
“Kalau kau memang menginginkannya, bukalah celanamu untuk membuktikannya”.
Kemudian saya membuka semua celanaku
sehingga saya sekarang tampil tanpa busana di depan Sinyo. Dia tampak
terkejut dengan perbuatan nekat yang saya lakukan. Tapi kemudian dia
menyadari bahwa saya bersungguh-sungguh.
Kemudian dia juga menanggalkan celananya
dan tampaklah kemaluannya yang sudah berdiri tegak menantang. Dia mulai
menciumi bibir dan buah dadaku. Seolah tanpa sadar, saya terus
mendesah, sementara Sinyo semakin menciumiku dengan buas. Terasa ada
cairan hangat yang mengalir keluar melalui liang kewanitaanku.
Kurang lebih 10 menit kemudian Sinyo bertanya,
“Apakah kamu sudah siap?”.
“Ya, lakukan saja”.
“Ya, lakukan saja”.
Sinyo mulai mengambil posisi agar
kemaluannya dapat masuk ke dalam liang surgaku dengan tepat. Sambil
terus menciumiku, tangannya mulai meraba-raba, mencari lubang
senggamaku. Setelah ketemu, dibimbingnya kemaluannya menuju liang
kewanitaanku.
Dengan hati-hati ditekannya kemaluannya.
Tapi kemaluannya selalu menemukan kesulitan dalam menembus kesucianku.
Di samping itu, setiap kali dia berusaha memasukkannya, saya selalu
meringis karena perih. Dia kelihatan mulai resah karena selama 10 menit
belum bisa menembus pertahanan saya.
“Noni, coba kamu lebarkan kedua kakimu lebih lebar lagi”.
Saya menuruti permintaan Sinyo. Saya
mengangkat kedua kakiku dan membukanya lebih lebar sehingga Sinyo dapat
dengan leluasa mengarahkan kemaluannya ke liang senggamaku. Sedikit demi
sedikit, kepala kemaluan dia mulai dapat masuk ke dalam liang
kewanitaanku. Walaupun saya merasakan perih, saya mencoba untuk tidak
mengeluh kepada Sinyo.
Sinyo mulai memaju-mundurkan
kemaluannya, hingga pada suatu saat, Sinyo mulai menekan kemaluannya
dengan kuat. Saya terpekik terkejut karena kemaluan Sinyo sekarang telah
berada di dalam liang kewanitaanku semuanya.
“Sakitkah Sayang?”.
“Ehm…, tidak apa-apa, teruskan saja”.
“Kalau sakit bicaralah dan saya akan menghentikan semua ini”.
“Ehm…, tidak apa-apa, teruskan saja”.
“Kalau sakit bicaralah dan saya akan menghentikan semua ini”.
Sinyo mulai memaju-mundurkan
kemaluannya. Semula saya masih merasakan sakit, tapi kemudian saya mulai
dapat merasakan kenikmatan ayunan pinggul Sinyo. Saat itu Sinyo hanya
setengah sadar. Matanya mulai terpejam, seolah menikmati gesekan demi
gesekan. Kadang Sinyo mempercepat gerakannya, kadang memperlambat.
Sayapun mulai mendesah tidak karuan.
“Uh…, Sayang, aduh nikmat sekali…, terus, ough…”.
“Noni, aku cinta kamu…, nikmat nggak Sayang?”.
“Ehm…, nikmat sekali, teruskan, lebih cepat lagi…”.
“Noni, aku cinta kamu…, nikmat nggak Sayang?”.
“Ehm…, nikmat sekali, teruskan, lebih cepat lagi…”.
Sinyo mulai mempercepat permainannya,
dan sayapun mendesah sambil terus menyebut namanya. Sinyo semakin
mempercepat ayunannya karena dia merasa telah hampir sampai klimaks.
“Sayang, apakah kamu keberatan kalau saya mengeluarkan sperma saya di dalam kemaluanmu?”.
“Tidak, lakukan saja. dua hari yang lalu tamu bulananku sudah habis, jadi saya tidak mungkin hamil”.
“Tidak, lakukan saja. dua hari yang lalu tamu bulananku sudah habis, jadi saya tidak mungkin hamil”.
Kemudian Sinyo mengerang halus dan dia
mengalami klimaks. Sebenarnya saat itu sayapun hampir mengalami klimaks,
tapi ternyata Sinyo telah mendahuluiku, sehingga saya tidak merasakan
klimaks saat itu. Sinyo kemudian lemas dan berbaring di sebelahku.
Dari liang kenikmatanku mengalir cairan
sperma Sinyo beserta beberapa tetes darah yang menjadi satu dengan
spermanya. Seolah kemudian saya tersadar, saya mulai menangis sesegukan.
Saya menyesal telah melakukan semua ini.
“Sayang, maafkan, aku telah merusak dirimu!”.
“Tidak, kamu tidak bersalah. Aku hanya merasa sedih, sekarang saya sudah tidak suci lagi”.
“Noni, percayalah, saya tidak akan meninggalkan kamu”.
“Saya percaya denganmu Sayang. Saya sangat mencintaimu”.
“Saya juga cinta kamu”.
“Tidak, kamu tidak bersalah. Aku hanya merasa sedih, sekarang saya sudah tidak suci lagi”.
“Noni, percayalah, saya tidak akan meninggalkan kamu”.
“Saya percaya denganmu Sayang. Saya sangat mencintaimu”.
“Saya juga cinta kamu”.
Kejadian itu sudah berlalu hampir 2
tahun yang lalu. Kemudian saya melanjutkan sekolah saya ke Amerika.
Hingga sekarang hubungan kami masih terus berlanjut, dan sekarang telah
direstui oleh kedua belah pihak. Saya dan Sinyo berjanji untuk saling
setia dan melanjutkan kisah asmara ini walaupun jarak yang memisahkan
kita begitu jauh.
Semoga kisah asmara kami ini dapat terus berjalan sampai menuju jenjang pernikahan nanti.
0 Comentario "Kuberikan Kesucianku Pada Kekasih Hatiku"
Posting Komentar